Kepedihan hati baru kurasakan di saat mengejar cintamu. Pedih ! sungguh tak tertandingi. Ku ingin menyendiri, ku tak ingin melihat kehidupan selain kehidupanku sendiri. Hening .. Sungguh hening kamarku. Cahaya pun tak dapat menembus kamarku yang ada di bawah tanah. Ku hanya duduk bersender di dinding.
Hari ini yang aku lakukan hanya kebodohan, tapi sudahlah hanya hari ini. Mungkin esok hari kebahagiaanku. Merenung memikirkan sang putri impian, yang aku cari dan aku kejar cintanya, entah dimana keberadaanya saat ini. Puisi demi puisi ku lanturkan di selembar kertas. Ku sebarkan! ku penuhi kertas di mejaku. Puisi yang entah tak ada arti, yang tak bisa tersampaikan kepadanya.
"puisiku hari ini adalah kejujuran ..
Menunggu membawa arti.
Arti kesetiaan di hatimu.
Bukan di mulutmu!
Takan pernah ada.
Takan bisa memilikimu, hati!
Kupuja kau, hati.
Ku ingin kau tahu..
Kusakiti hatiku.
Agar kau mengerti..
Aku cinta, hati!
Puisi ini adalah puisi kejujuran, kejujuran hati yang menghilang saat ini. Puisi yang menandakan keberadaan ku saat ini. Aku tak ingin menyerah! Aku harus bisa mendapatkannya! "tekadku dalam hati.
Mungkin tekadku adalah si ingkar yang mungkin akan mengingkari semua tekadku. Tapi biarlah biar waktu yang berkata.
Ku coba berdiri. Melangkahkan kakiku ke arah etalase. Mataku belum tersinari oleh sang cahaya pagi. Pantas saja otakku kosong, hanya ada mimpi belaka. Ku buka etalase kamarku. "hangatt!" kataku.
Hangat apa yang aku katakan, entah apa. Mungkin kehangatan dunia yang sedang merangkulku, yang pernah dibuang seperti sampah olehku. Hanya untuk mencari sang putri khayalan.
Putriku biarlah disana bersenang-senang. Aku kembali ke duniaku, dunia yang selalu menungguku pulang. Terima kasih, hati! Meskipun aku tak berarti unutkmu, kau telah memberikan arti kebahagiaan untukku.