Menunggu ku menjumpai masa – masa sekolah menengah atas, ini adalah pijakan ku pertama menginjak sekolah ini. Orang – orang berlarian terbirit-birit, bagaikan segerombolan itik diusir oleh petani. Bukan aku pun sebenarnya harus ikut berlari, untuk apa? Kata orang-orang untuk mendapatkan bangku dunia. Berlari terus berlari meski sambil berfikir, bangku? Bukannya semua yang sudah diterima di sekolah ini, akan mendapatkan bangku sendiri-sendiri. Tapi semua pikiran itu hilang dalam sekejap, ketika aku terhipnotis mencari bangku dunia itu. Dari kelas yang satu ke kelas yang lainnya, aku coba mencari namaku di bangku dunia. Sekejap, aku menemukan namaku di satu bangku yang sudah di duduki oleh seorang perempuan. Tanya ku dengan hati-hati, “maaf, ini bukannya bangku milikku?” perempuan itu hanya membalas dengan tertawa. Heran aku padanya, dia seharusnya pergi mencari bangkunya yang sebenarnya, tapi iya malah keasikan duduk di bangku duniaku. Terpaksa aku mengalah tanpa emosi mendendam pun aku duduk di sebelah bangkunya.
Waktu perkenalan pun tiba, wah sudah kutunggu-tunggu acara yang satu ini. Satu persatu maju ke depan dan memperkenalkan dirinya masing-masing. Giliranku masih jauh, lama sekali. Tapi aku terasa gugup karena mungkin masih sungkan. Hanya saja itu arus kulakukan, sekarang giliranku. Ku melangkahkan kaki ini menuju panggung pentas, kata perkata ku lanturkan di depan kelas. Tetapi saat waktu bertepatan dengan kesalahan muncul tiba. Aku dipermalukan di depan kelas itu.
Tepat sesaat kejadian tadi, aku kembali kebangku duniaku yang setia diduduki oleh tubuhku. Takan selalu berpindah bangku ini sampai aku lulus sesampai masa kuliah. Karena bangku dunia ini selalu akan mengarahkan ke tujuan yang membuat seseorang akan mengikutinya. Bangku dunia akan selalu ku duduki di saat semua aktifitas yang memang wajib dilakukan di saat menjadi anak sekolah menengah atas. Selalu akan ada kehangatan tanpa secara langsung dari bangku itu, entah dari mana satua pelajaran akan terus dipelajar bersama bangku ini.
Teman bangku setiaku pun akhirnya mendapatkan teman seperjuangan yang terus menyemangati aku. Akan selalu ada akhir kata-kata gembira di dalam cerita mereka, saat itu aku mencoba meraih apa yang dilakukan ku untuk memperoleh hasil yang baik. Teman bangku setiaku hanyalah duduk mendengarkan ocehan ku dan hanya melihat aku yang terus berusaha, tapi aku bertanya-tanya apakah ia itu sudah mendapatkan apa yang sudah iya kerjakan? Tanpa bekerja keras seperti ku, dia bermalas-malasan seperti ini. Tapi hasilnya apa, dia lebih baik dari hal yang dilakukan ku selama ini.
Saat-saat harus kehilangan bangku duniaku aku sangat ingin mempertahankan, tapi bukan saatnya untuk itu. Aku memang harus membuang bangku setiaku itu. Karena aku hanya membuat semuanya selesai. Akhir cerita takan selalu bahagia, bangku duniaku memang harus aku tinggalkan dan aku buang. Tetapi saaat-saat itu akan selalu ku ingat perjuangan ku, dari awal sampai terakhir ini. Selamanya akan ku ucapkan terima kasih telah mendampingiku di saat masa sma ku.
Selamat tinggal bangku dunia ..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar